ULUMULQURAN. A. Deskripsi Mata Kuliah. Al-Qur'an merupakan kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai petunjuk bagi manusia dalam mengarahkan kehidupannya. Secara garis besar al-Qur'an mengandung ajaran tentang aqidah, syariah, dan akhlak.
Oleh Irwanto, Khatib Idul Fitri 2020 di Masjid Nurul Islam Kerinciالله أكبر 3 xالله أكبر 3 xالله أكبر 3 x اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا،وَالْحَمْدُلله كَثِيْرًا،وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَ أَصِيْلاً. لاَإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ،صَدَقَ وَعْدَهُ، وَ نَصَرَ عَبْدَهُ، وَ أَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ. لاَإِلَهَ إِلاَّ اللهُ هُوَاللهُ أَكْبَرُ. اللهُ أَكْبَر ُوَللهِ الْحَمْدُ. اَلْحَمْدُللهِ الًّذِيْ خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ اَحَسَنُ عَمَلاَ، وَ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِالتَّقْوَى وَ نَهَانَاعَنِ اتِّبَاعِ الْهَوَى. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. أَمَّا بَعْدُ فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعْ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا . صَدَقَ اللهُ اْلعَظِيْمُ Jamaah shalat idul fitri yang rahimakumullah Ramadan berlalu dan kita masih duduk termangu. Apa saja yang telah kita lakukan sebulan yang lalu? Tidakkah kita idamkan agar Ramadan tahun ini berbeda dari Ramadan sebelumnya? Bukankah kita telah berniat agar Ramadan tahun ini tumbuh kembali spirit cinta kita kepada ilahi? Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa Lillahil Hamd Hadirin rahimakumullah Ramadan adalah persembahan seorang hamba kepada Sang Khaliq. Ketika Sang Khaliq, dalam sebuah Hadits Qudsi, telah berseru الصِّيَام لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ “Puasa itu untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya” maka setiap hamba bergetar saat memasuki Ramadan. Getaran jiwa yang terus dijaga dan dipelihara selama bulan suci. Ke manakah getaran itu kini ketika Ramadan telah berakhir? Banyak yang berdebat menjelang datang dan berakhirnya Ramadan bilakah hilal telah terlihat? Namun jarang mereka memahami bahwa hilal juga bisa merupakan metafora sudah siapkah jiwa kita yang penuh kegelapan tercerahkan oleh munculnya hilal di awal Ramadan sebagai cahaya untuk menyucikan diri. Maka, hari demi hari di bulan Ramadan, cahaya hilal perlahan semakin terang benderang hingga puncak purnama di pertengahan Ramadan. Namun, perlahan cahaya bulan mulai meredup di pertengahan kedua, seiring fokus kita yang mulai berubah kita mulai memikirkan baju baru untuk anak-istri; kita mulai menghitung hari kapan Tunjangan Hari Raya THR akan dibayarkan; dan kita mulai sibuk bikin kue lebaran. Kita, telah menomorduakan Ramadan sejak dua minggu lalu. Cahaya bulan semakin meredup, ketika pada sepuluh hari terakhir Ramadan, Allah menyediakan lailatul qadar untuk para kekasih-Nya, dan kita menjalani sepuluh hari terakhir, tak lagi peduli malam ganjil atau genap, tidak takut lagi bahaya Virus corona yang mmengancam jiwa. Kita telusuri tiga-empat hari terakhir Ramadan, kita semakin khusuk mempersiapkan lebaran, ini dapat kita lihat pasar menjadi padat, lalu lintas lambat merayap, banyak rumah berganti cat, baju baru dan makanan mewah juga telah siap. Tapi apalah arti baju baru apabila diri masih enggan melaksanakan yang fardu dan apalah arti makanan mewah apabila diri masih serakah. Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa Lillahil Hamd Hadirin rahimakumullah Maka, tiba-tiba diri kita telah berada di pengujung Ramadan dan semuanya kembali gelap, persis sebelum hilal Ramadan muncul di atas ufuk. Lalu kita kembali berdebat bilakah hilal Syawal akan terlihat? Seakan kita alpa bahwa hilal Syawal pun kembali menjadi metafora kehidupan kita. Adakah terlihat hilal Syawal di hati kita? Mengapa pula kita bergembira Ramadan berlalu, padahal Nabi Muhammad selalu bersedih saat Ramadan berakhir? Apakah kita bergembira karena selesai sudah segala susah payah kita berpuasa sebulan penuh? Atau apakah kita bergembira Ramadan berakhir karena kita bisa kembali menjadi manusia “normal” yang kembali menerjang apa yang Allah haramkan, dan berebut mencari serpihan tersisa dari apa yang Allah halalkan? Tuhan kami, inikah akhir sebuah Ramadan? Ketika kulihat senyum indah di wajah sanak saudara. Kulihatkan ke kanan dan ke kiri, semua menyambut hari kemenangan. Semua memakai pakaian baru tanda mereka kembali ke fitrah mereka. Tapi mengapa tak kulihat cahaya hilal Syawal di wajah mereka. Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa Lillahil Hamd Hadirin rahimakumullah Benarkah Ramadan telah menjadi beban kita? Lihatlah bagaimana kita sibuk mengatur segala sesuatunya agar pada saat ramadhan tidak kekurangan, ada yang menabung jauh-jauh hari untuk digunakan pada saat ramadhan, sehingga pada saat ramadhan pengeluaran membengkak, konsumsi rumah tangga semakin meningkat. Apakah ini tujuan dari ramadhan? Ramadan yang seharusnya menjadi bulan penghematan, ramadhan menjadi ajang merasakan kekurangan, dan ramadhan sebagai wadah untuk tidak belanja berlebihan. Mungkin ini sebabnya kita bergembira ketika Ramadan berakhir saat harga barang kembali “normal” dan konsumsi kita kembali masuk dalam rutinitas pengeluaran. Biaya tak terduga menjadi kembali bisa diprediksi. Ya Rabbana, tak layakkah kami bergembira dengan berakhirnya Ramadan? Boleh jadi mereka yang bergembira di bulan Ramadan penuh harap agar amalan ibadah diterima Allah. Bukankah dalam Hadits Qudsi yang lain, Allah juga telah mendeklarasikan أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي “Aku ini sebagaimana persangkaan hamba-Ku saja”. Bergembira di Hari Lebaran adalah tanda kita optimistis dan berbaik sangka bahwa Allah akan menerima ibadah kita. Tak ada yang salah dengan bergembira saat Ramadan berakhir, bukan? Tapi tak ada salahnya pula untuk cemas jangan-jangan ini Ramadan terakhir bagi kita, bagi orang tua kita, bagi pasangan kita, bagi anak kita, dan bagi saudara kita. Masihkah kita bertemu kembali dengan Ramadan tahun depan? Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa Lillahil Hamd Hadirin rahimakumullah Hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Ibn Mas’ud RA “Sekiranya umatku mengetahui kebajikan-kebajikan yang dikandung bulan Ramadan, niscaya umatku mengharapkan Ramadan terus ada sepanjang tahun’.” HR. Abu Ya’la, ath-Thabrani, dan ad-Dailami. Iya, Rasulullah benar bahwa begitu banyak keutamaan Ramadan. Bukankah para penceramah selama Ramadan tak henti-hentinya mengingatkan kita, bahwa orang-orang berpuasa di bulan suci ini untuk menghidupkan malam-malamnya dengan ibadah. Inilah Ramadan, bulan yang Allah bukakan pintu-pintu surga, Dia tutup pintu-pintu neraka, dan Dia belenggu setan. Bukankah para ustaz dan ustazah telah mengutip sejumlah riwayat bahwa inilah bulan yang awalnya adalah rahmat, pertengahannya ampunan, dan akhirnya pembebasan dari api neraka. Bahkan ada pula yang mengingatkan kita bahwa inilah bulan ketika bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada minyak kesturi. Bahkan begitu dahsyatnya bulan suci ini ketika Allah setiap malamnya membebaskan ratusan ribu orang yang seharusnya masuk neraka. Pendek kata, Ramadan telah Allah jadikan sebagai penghubung antara orang-orang berdosa yang bertaubat dengan Allah Taala. Tapi benarkah wahai jamaah sekalian bahwa setelah kita tahu keutamaan Ramadan, kita menginginkan setiap hari menjadi Ramadan, setiap bulan menjadi Ramadan. Benarkah kita ingin Ramadan sepanjang tahun? Mari jujur pada diri kita. Tuhan, ampuni kami .… Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa Lillahil Hamd Hadirin rahimakumullah Allah SWT telah berfirman dalam surat Al’Araf 179 ô‰ss9ur $tRù&usŒ zO¨YygyfÏ9 ZŽÏWŸ2 šÆÏiB Çd`Ågø$ ħRM}$ur öNçlm; Ò>qè=è% žw šcqßgsøÿtƒ $pkÍ5 öNçlm;ur ×ûãüôãr& žw tbrçŽÅÇö7ム$pkÍ5 öNçlm;ur ×bsŒuä žw tbqãèuKó¡o„ !$pkÍ5 4 y7Í´¯»s9'ré& ÉO»yè÷RF{$%x. öt/ öNèd Êr& 4 y7Í´¯»s9'ré& ãNèd šcqè=Ïÿ»tóø9$ ÇÊÒÈ Artinya “Dan sesungguhnya Kami jadikan isi neraka jahanam untuk kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami ayat-ayat Allah dan mereka mempunyai mata tetapi tidak dipergunakannya untuk melihat tanda-tanda kekuasaan Allah, dan mereka mempunyai telinga tetapi tidak dipergunakannya untuk mendengar ayat-ayat Allah, mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai.” Selepas Ramadan, bagaimana dengan hati, mata, dan telinga kita? Apakah semuanya kembali menjadi lepas-bebas seperti yang Allah sindir dalam ayat tadi? Ramadan berlalu, apakah kita kembali menjadi binatang ternak yang tersesat? Semua nafsu hewani yang telah kita ikat dan belenggu di bulan suci Ramadan, apakah akan kita lepas kembali? Jika iya, untuk apa kegembiraan di Hari Raya ini? Tidakkah sepatutnya kita bersedih? Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa Lillahil Hamd Hadirin rahimakumullah Jangan sampai setelah ramadhan Kita sering bertakbir dalam ibadah kita. Namun terkadang kita lupakan takbir di luar ibadah kita. Kita besarkan Allah di Masjid namun di luar masjid kita masih sering mengagungkan kekayaan, kekuasaan dan jabatan. Kita masih diperbudak oleh nafsu dengan memaksa orang lain untuk menuruti kemauan kita. Di atas sajadah kita kumandangkan Takbir, namun dikantor, di pasar, di ladang, ditengah-tengah masyarakat kita lupakan Allah SWT. Kita telah mengganti TAKBIR dengan TAKABBUR. Kita salahgunakan jabatan yang seharusnya untuk mengabdi kepada masyarakat. Memakmurkan Negara, melayani rakyat, membela yang lemah, menyantuni dan membantu yang membutuhkan. Kita tutup mata kita. Kita bangga dengan gelar dan jabatan kita. Kita bangga dengan kekayaan yang melimpah ruah. Hadirin rahimakumullah…. Jangan sampai setelah ramadhan kita tidak lagi berpegang pada firman-firman Allah dan Hadits Rasulullah yang mengajarkan kejujuran, keikhlasan, kasih sayang dan amal sholeh. Sebaliknya, dengan setia kita ikuti petunjuk syaitan laknatullah yang mengajarkan kelicikan, kemunafikan dan kekerasan hati. Allah yang selalu kita besarkan dalam shalat dan do’a, telah kita lupakan dalam kehidupan nyata. Banyak dari kita yang khusyuk dalam shalat namun kita khusyuk juga merampas hak orang. Banyak dari kita yang fasih membaca dalil dan ayat ayat Al-Qur’an namun kita juga fasih mengerjakan yang dilarang. Banyak kita tidak putus berpuasa dibulan Ramadhan namun kita tidak putus pula dalam melakukan kedzoliman. Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa Lillahil Hamd Hadirin rahimakumullah Semoga di dalam bulan ramadhan Dosa kita kepada Allah diampuni olehnya, tetapi dosa kita kepada sesama manusia belum Allah hapuskan selama kita belum saling memaafkan. Inilah gambaran kaitan antara hablum minallah dan hablum minan nas. Maka selepas salat, kita ulurkan tangan untuk bersalaman karena itu dapat menggugurkan dosa. Begitu pula sehabis sebulan berpuasa, kita bermaaf-maafan dalam rangka menjaga hablum minallah dan hablum minan nas. Memaafkan itu bukan soal kita menyerah dan mengalah. Memaafkan juga bukan soal kita mengaku salah. Memaafkan lebih dari itu kita berakhlak seperti akhlak Allah yang gemar memaafkan. Memaafkan bukan sekadar basa-basi kita memaafkan atas nama Allah di akhir Ramadan agar kelak di akhirat tidak ada saling menuntut di antara kita. Bagaimana dengan mereka yang begitu keji telah menzalimi kita atau telah merampas hak kita atau telah memfitnah kita secara keji? Tugas kita adalah memaafkan perbuatan mereka. Perkara Allah punya perhitungan sendiri terhadap efek dari perbuatan mereka, yakinlah semua ada hisabnya masing-masing. Maafkan dan serahkan kepada Allah. Mungkin ini Ramadan terakhir kita. Mungkin ini Lebaran terakhir kita. Mungkin ini pula permintaan maaf terakhir kita. Minal aidin wal faizin, Mohon maaf lahir batin. Baarokallohuliwalakum fil qur’anilkarim wanafa ani waiyyakum bima fihi minal ayati wazikrilhakim fastagfiruhu innahu huwalgofururrohim. KHUTBAH KEDUA اللهُ اَكْبَرْ 3× اللهُ اَكْبَرْ 4× اللهُ اَكْبَرْ كبيرا وَاْلحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الله بُكْرَةً وَ أَصْيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَالللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَللهِ اْلحَمْدُ. الحمد الله الذي ا ر سل ر سو له با لهد ى و د ين ا لحق ليظهر ه عل الد ين كله ولو كر ه المشر كون اشهد ا ن لا اله ا لا الله و حده لا شر يك له واشهد ان محمد ا عبد ه و رسو له لا نبي بعده اللهم صلى و سلم على سيد نا محمد و على ا له وا صحابه اجمعين اما بعد فيا ايها ا لحا ضر و ن اتقو الله حق تقته و لا تمو تن الا وانتم مسلمو ن قا ل الله تعا لى ا ن الله و ملىكته يصلو ن على ا لنبى يايها ا لذ ين ا منو ا صلو ا عليه و سلمو ا تسليما اللهم صلى على سيد نا محمد وعلى ال سيد نا محمد كما صليت على سيد نا ا بر ا هيم وعلى ال سيد نا ابرا هيم و با ر ك على ا سيد نا محمد وعلى ال سيد نا محمد كما با ركت على سيد نا ا بر ا هيم وعلى ال سيد نا ابرا هيم فى ا لعا لمين ا نك حميد مجيد ا للهم ا غفر للمسلمين و ا لمسلما ت و ا لمو ء منين وا لمو ء منا ت الا حيا ء منهم وا لا مو ات انك على كل شيءقدير اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ عَذَابِ النَّارِجَهَنَّمَ، وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيْحِ الدَّجَّالِ اَللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلاَءَ وَالْبَلاَءَ وَالْوَباَءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ ربنا ظلمنا ا نفسنا و ا ن لم تغفر لنا و تر حمنا لنكو نن من الخا سر ين ربنا لا تز ع قلو بنا بعد از هد ديتنا وهبلنا من لد نك رحمة ا نك ا نت ا لو ها ب ربنا اتنا فى ا لد نيا حسنة و فى ا لا حر ة حسنة و قنا عذ ا ب لنار عبا د الله ا ن الله يا ء مر با لعد ل و الا حسا ن و ا يتا ء ذ ا لقر بى وينهى عن ا لفحشا ء و ا لمنكر ولز كر الله ا كبر Author Mohammad Mohammad is the founder of STC Network which offers Web Services and Online Business Solutions to clients around the globe. Read More → KetikaSang Khaliq, dalam sebuah Hadits Qudsi, telah berseru: الصِّيَام لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ "Puasa itu untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya" maka setiap hamba bergetar saat memasuki Ramadan. Getaran jiwa yang terus dijaga dan dipelihara selama bulan suci. Ke manakah getaran itu kini ketika Ramadan telah berakhir? Jakarta - Ada banyak nasihat tentang kehidupan yang termuat dalam hadits qudsi. Nasihat ini bisa dijadikan muhasabah atau evaluasi diri sebelum datangnya qudsi disebut juga dengan hadits ilahi dan hadits rabbani. Mengutip buku Ulumul Hadits karya Abdul Majid Khon, dinamakan qudsi suci, ilahi Tuhan, dan rabbani ketuhanan karena ia bersumber dari Allah yang mahasuci dan dinamakan hadits karena Nabi memberitakannya berdasarkan wahyu Allah Al Ghazali merangkum sejumlah nasihat kehidupan yang berasal dari hadits qudsi dalam kitabnya yang berjudul al-Mawaidz fi al-Ahadits al-Qudsiyah. Kitab ini diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh Bahrudin Achmad dengan judul Nasihat Kehidupan dalam Hadits Qudsi. Berikut di antara firman Allah SWT 1. Wahai manusia! Aku heran pada orang yang yakin akan kematian, tapi ia hidup Aku heran pada orang yang yakin akan pertanggungjawaban segala amal perbuatan di akhirat, tapi ia asik mengumpulkan dan menumpuk harta Aku heran pada orang yang yakin akan kubur, tapi ia tertawa Aku heran pada orang yang yakin akan adanya alam akhirat, tapi ia menjalani kehidupan dengan Aku heran pada orang yang yakin akan kehancuran dunia, tapi ia Aku heran pada orang alim pada lisannya, akan tetapi bodoh dalam soal hati moral.7. Aku heran pada orang yang bersuci dengan air, sementara batinnya masih tetap Aku heran pada orang yang sibuk, mencari cacat dan aib orang lain, sementara ia tidak sadar sama sekali terhadap cacat yang ada pada dirinya Ketahuilah, bahwa suatu hari kalian akan dikumpulkan kelompok demi kelompok. Berdiri di hadapan Tuhan Yang Maha Pemurah baris demi baris. Membaca buku catatan amalmu huruf demi huruf. Dan kalian akan ditanya tentang apa yang pernah kalian lakukan secara rahasia atau Wahai anak cucu Adam! Aku tidak menciptakan api neraka kecuali untuk orang-orang kafir, penyebar fitnah, yang tidak berbakti kepada orang tuanya. Yang suka pamer, yang menolak membayar zakat, orang yang berzina, yang suka makan harta riba, yang suka meminum minuman keras yang memabukkan. Orang yang berbuat zalim kepada anak yatim, orang upahan yang curang, orang yang meratapi kematian, dan untuk setiap orang yang menyakiti مَنْ تَابَ وَاٰمَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَالِحًا فَاُولٰۤىِٕكَ يُبَدِّلُ اللّٰهُ سَيِّاٰتِهِمْ حَسَنٰتٍۗ وَكَانَ اللّٰهُ غَفُوْرًا رَّحِيْمًا ٧٠"Kecuali, orang yang bertobat, beriman, dan beramal saleh. Maka, Allah mengganti kejahatan mereka dengan kebaikan. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." QS Al Furqan 70Oleh karena itu, berbelas kasihanilah engkau pada dirimu sendiri, wahai hamba-Ku. Karena badanmu itu sangat lemah, sedangkan perjalanan sangat jauh, beban bawaan sangat berat. Jembatan itu sangat halus, dan Sang Pengawas itu Maha Melihat dan Sang Hakim yang membuat keputusan adalah Tuhan semesta Wahai manusia! Bagaimana mungkin engkau mendambakan dunia yang fana yang akan menghilang, dan kehidupan yang sangat Wahai anak cucu Adam! Harta itu adalah harta-Ku, sedangkan engkau adalah hamba-Ku. Maka engkau tidak akan mendapat suatu manfaat dari harta-Ku selain apa yang engkau makan, lalu hilang menjadi kotoran. Atau engkau pakai, lalu menjadi usang. Atau engkau sedekahkan, lalu menjadi kekal abadi Ada tiga hal di antara Aku dan engkau; satu milik-Ku, satu milikmu dan yang satu di antara diri-Ku dan di antara dirimu bersama. Yang menjadi milik-Ku adalah rohmu. Yang menjadi milikmu adalah amalmu. Dan yang menjadi di antara diri-Ku dan dirimu, yaitu dari dirimu doa, dan dari diri-Ku adalah mengabulkan Wahai anak cucu Adam! Berhati-hatilah dalam semua urusan dunia dan akhiratmu, dan lapangkanlah hatimu menerima apa adanya, engkau pasti akan melihat-Ku. Beribadahlah kepada-Ku, engkau pasti akan kembali kepada-Ku. Carilah Aku, pasti engkau akan bertemu Wahai anak cucu Adam! Jika engkau berperilaku seperti para penguasa yang masuk neraka karena keculasan. Atau orang Arab yang masuk neraka karena maksiat. Atau para ulama yang masuk neraka karena hasad dengki. Atau para pedagang yang masuk neraka karena pengkhianatan. Atau para penganut aliran jabariah yang masuk neraka karena kejahilannya. Atau para pekerja dan ahli ibadah yang masuk neraka karena suka pamernya. Atau orang kaya yang masuk neraka karena kesombongannya. Atau orang fakir miskin yang masuk neraka karena kebohongannya. Lantas di mana orang-orang yang mengharapkan masuk surga? Simak Video "Polisi Duga Putri Pj Gubernur Papua Pegunungan Mati Lemas-Kekerasan Seks" [GambasVideo 20detik] kri/erd Hadistqudsi memiliki kedudukan yang tinggi disamping Al-Quran karena sama-sama berasal dari Allah Swt. Menurut M.Quraish Shihab jumblah hadist Qudsi adalah 400 buah dengan sanad yang diulang-ulang, dan 100 buah dengan sanad yang tidak diulang-ulang, sedangkan menurut K.H. Firdaus A.N hadist qudsi berjumblah tidak sampai 500 buah. Keselamatan jiwa atau hifzhun nufus mendapat perhatian Rasulullah SAW. Keselamatan jiwa dari segala bentuk ancaman terhadap keberlangsungan hidup manusia menempati hal-hal primer yang mendapatkan jaminan dari syariat Islam. Rasulullah SAW dalam hadits berikut ini secara jelas mengingatkan umat Islam untuk memperhatikan keselamatan jiwa dari wabah. Rasulullah SAW mengingatkan agar umatnya tidak bermain-main atau lalai dan abai terhadap keselamatan jiwa dari penyebaran penyakit berbahaya. عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَامِرِ بْنِ رَبِيعَةَ أَنَّ عُمَرَ خَرَجَ إِلَى الشَّامِ فَلَمَّا جَاءَ سَرْغَ بَلَغَهُ أَنَّ الْوَبَاءَ قَدْ وَقَعَ بِالشَّامِ فَأَخْبَرَهُ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا سَمِعْتُمْ بِهِ بِأَرْضٍ فَلَا تَقْدَمُوا عَلَيْهِ وَإِذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ وَأَنْتُمْ بِهَا فَلَا تَخْرُجُوا فِرَارًا مِنْهُ فَرَجَعَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ مِنْ سَرْغَ Artinya, “Dari Abdullah bin Amir bin Rabiah, Umar bin Khattab RA menempuh perjalanan menuju Syam. Ketika sampai di Sargh, Umar mendapat kabar bahwa wabah sedang menimpa wilayah Syam. Abdurrahman bin Auf mengatakan kepada Umar bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda, Bila kamu mendengar wabah di suatu daerah, maka kalian jangan memasukinya. Tetapi jika wabah terjadi wabah di daerah kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu.’ Lalu Umar bin Khattab berbalik arah meninggalkan Sargh,” HR Bukhari dan Muslim. Muhammad At-Thahir bin Asyur 1892-1973 M/1310-1393 H dari mazhab Maliki menaruh perhatian terkait prinsip hifzhun nafs/hifzhun nufus dalam bidang kesehatan. Bin Asyur menunjuk manifestasi prinsip hifzhun nafs/hifzhun nufus pada dimensi preventif kesehatan sebagai upaya penyelamatan jiwa manusia. ومعنى حفظِ النفوسِ حفظُ الأرواحِ من التلَفِ أفرادًا وعمومًا لأن العالمَ مركَّبٌ من أفرادِ الإنسانِ، وفي كلِّ نفسٍ خصائصُها التي بها بعضُ قوامِ العالمِ. وليس المرادُ حفظَها بالقصاصِ كما مثَّل بها الفقهاءُ، بل نجدُ القصاصَ هو أضعفُ أنواعِ حفظِ النفوسِ لأنه تدارُكٌ بعدَ الفواتِ، بل الحفظُ أهمُّه حفظُها عن التلفِ قبلَ وقوعِه مثلَ مقاومةِ الأمراضِ الساريةِ. وقد منعَ عمرُ بنُ الخطابِ الجيشَ من دخولِ الشامِ لأجلِ طاعونِ عَمَواس Artinya, “Makna hifzhun nufus menjaga jiwa adalah menjamin keselamatan nyawa dari kemusnahan baik secara individual maupun kolektif karena dunia ini terdiri atas kumpulan individu. Setiap jiwa memiliki keistimewaan sebagai bagian dari komposisi tegaknya dunia. Hifzhun nafs atau hifzhun nufus yang dimaksud di sini berbeda dengan penerapan qishash yang sering dicontohkan para fuqaha. Menurut kami, penerapan qishah adalah jenis terendah manifestasi konsep hifzhun nafs karena penindakan qishash dilakukan setelah nyawa melayang. Konsep hifzhun nafs yang paling urgen adalah upaya penjaminan keselamatan jiwa dari ancaman kepunahan, seperti melawan penyakit menular atau epidemi. Sayyidina Umar pernah menahan pasukan untuk masuk ke negeri Syam karena Thaun Amawas,” Lihat Thahir bin Asyur, Maqashidus Syariah Al-Islamiyyah, [Kairo-Tunis, Darus Salam-Daru Suhnun 2014 M/1435 H], halaman 89. Hadits riwayat Imam Muslim berikut ini juga menunjukkan perhatian Rasulullah pada aspek kesehatan dan keselamatan jiwa manusia. Rasulullah SAW membatalkan puasa Ramadhan-nya di hadapan para sahabat ketika bahaya kesehatan mengancam keselamatan mereka bila terus memaksakan ibadah puasa. Puasa Ramadhan merupakan ibadah wajib. Tetapi keselamatan jiwa menjadi prioritas yang diambil Rasulullah SAW. Oleh karenanya, Rasulullah SAW mengecam sebagian sahabat yang memaksakan diri dalam menjalankan ibadah di tengah kondisi yang membahayakan keselamatan jiwa mereka. عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ عَامَ الْفَتْحِ إِلَى مَكَّةَ فِي رَمَضَانَ فَصَامَ حَتَّى بَلَغَ كُرَاعَ الْغَمِيمِ فَصَامَ النَّاسُ ثُمَّ دَعَا بِقَدَحٍ مِنْ مَاءٍ فَرَفَعَهُ حَتَّى نَظَرَ النَّاسُ إِلَيْهِ ثُمَّ شَرِبَ فَقِيلَ لَهُ بَعْدَ ذَلِكَ إِنَّ بَعْضَ النَّاسِ قَدْ صَامَ فَقَالَ أُولَئِكَ الْعُصَاةُ أُولَئِكَ الْعُصَاةُ Artinya, “Dari sahabat Jabir bin Abdillah RA, Rasulullah SAW keluar pada tahun Fathu Makkah 630 M/8 H menuju Makkah pada bulan Ramadhan. Rasulullah masih berpuasa. Tiba di Kira Al-Ghamim, orang-orang juga masih berpuasa. Rasulullah kemudian meminta segelas air karena kondisi fisik menurun lalu mengangkatnya tinggi-tinggi sehingga orang banyak melihat gelas yang dipegangnya. Ia kemudian meminumnya. Setelah itu Rasul dikabarkan bahwa sebagian orang memaksakan diri berpuasa. Rasul mengatakan, Mereka orang yang bermaksiat. Mereka orang yang bermaksiat,’” HR Muslim. Solusi Fiqih Ibadah di Masa Pandemi Ibadah di masjid untuk sementara dapat dikerjakan di rumah demi keamanan. Shalat, tadarus Al-Qur’an, atau zikir dapat dilakukan di rumah untuk menghindari kerumunan di masjid. Tentu hal ini menjadi alternatif atau solusi agar ibadah tetap dapat berjalan. Pilihan atau alternatif ini bukan hal baru. Hal ini pernah dianjurkan oleh sahabat Ibnu Abbas terkait mereka yang tidak memungkinkan hadir di masjid karena uzur tertentu. Awalnya ide ini dipertanyakan oleh sebagian sahabat karena tidak umum. Ibnu Abbas menjawab bahwa hal ini pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW, hamba Allah yang lebih baik darinya dan hamba-Nya yang terbaik. عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبَّاسٍ أَنَّهُ قَالَ لِمُؤَذِّنِهِ فِي يَوْمٍ مَطِيرٍ إِذَا قُلْتَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ فَلَا تَقُلْ حَيَّ عَلَى الصَّلَاةِ قُلْ صَلُّوا فِي بُيُوتِكُمْ قَالَ فَكَأَنَّ النَّاسَ اسْتَنْكَرُوا ذَاكَ فَقَالَ أَتَعْجَبُونَ مِنْ ذَا قَدْ فَعَلَ ذَا مَنْ هُوَ خَيْرٌ مِنِّي إِنَّ الْجُمُعَةَ عَزْمَةٌ وَإِنِّي كَرِهْتُ أَنْ أُحْرِجَكُمْ فَتَمْشُوا فِي الطِّينِ وَالدَّحْضِ Artinya, “Dari Ibnu Abbas RA, ia berkata kepada muazinnya pada hari hujan, Bila kau sudah membaca Asyhadu an lā ilāha illallāhu, asyhadu anna muhammadan rasūlullāh,’ jangan kau teruskan dengan seruan hayya alas shalāh,’ tetapi serulah shallū fi buyūtikum.’’ Orang-orang seolah mengingkari perintah Ibnu Abbas RA. Ia lalu mengatakan, Apakah kalian heran dengan masalah ini? Padahal ini telah dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW orang yang lebih baik dariku. Sungguh Jumat itu wajib. tetapi aku tidak suka menyulitkanmu sehingga kamu berjalan di tanah dan licin.’” HR Muslim. Imam An-Nawawi menjelaskan bahwa hujan, kesehatan, keselamatan jiwa, atau faktor lainnya merupakan uzur syar’i yang membolehkan umat Islam beribadah di rumah. Tetapi selagi tidak ada uzur, tentu ibadah di masjid lebih utama dan sangat dianjurkan. Imam Nawawi membagu uzur aam uzur kolektif seperti hujan, medan jalan yang menyulitkan, pandemi, ancaman hewan buas atau perampok, dan uzur khas uzur individu seperti sakit dan lain sebagainya. هذا الحديث دليل على تخفيف أمر الجماعة في المطر ونحوه من الاعذار وأنها متأكدة إذا لم يكن عذر Artinya, “Hadits ini menjadi dalil atas keringanan perintah shaat berjamaah di kala hujan atau uzur lainnya. Sedangkan shalat berjamaah itu sunnah muakkad bila tidak terdapat uzur,” Al-Imam An-Nawawi, Al-Minhaj, Syarah Shahih Muslim Ibnil Hajjaj, [Kairo, Darul Hadits 2001 M/1422 H], juz III, halaman 224. Pandangan ini diperkuat dengan gagasan Nuruddin Mukhtar Al-Khadimi 1963 M-... yang memakai pendekatan sosiologis Ibnu Khaldun 1332-1406 M agar warga negara saling membantu untuk memenuhi hajat mereka termasuk dalam bidang kesehatan. وضرورة الدفاع عن النفس وحمايتها من الأخطار التي تهدد حياة الانسان وتنذر بإبطال النوع البشري من أساسه Artinya, “Kebutuhan dasar primer penyelamatan dan perlindungan jiwa dari bahaya yang mengancam kehidupan manusia dan mengingatkan bahaya kepunahan jenis manusia sama sekali,” Nuruddin Mukhtar Al-Khadimi, Fiqhut Tahadhdhur-Ru’yah Maqashidiyyah, [Kairo, Darus Salam 2014 M/1435 H], halaman 50. Wallahu a’lam. Alhafiz Kurniawan- Орዡցεማед ևкօςωсл
- Ըлθζ ኻю
- Пե иκըтιμажα каξ
- Еዐофе ፏакθшуዱ
- ኡеглιшасυ ፖикло
- Теψዟφада φሱсե ηуዡኖኃቂцθпο
- Οጶուጤխሳ λезэፍεսеዜ освиш πаκиտеδ
- Вочюճуπы мюβаνፎпα ቁоዮեς
الحديث القدسي Hadits Qudsi A. Pengertian Hadits Qudsi Hadits itu identik dengan Rasulullah Saw. Sementara qudsi itu merujuk pada Dzat Allah Yang Maha Suci. Karena qudsi artinya suci, dan yang benar-benar suci hanya Allah Swt. Hadits Qudsi adalah firman Allah, tapi dengan susunan redaksi dari Rasulullah. Maknanya dari Allah, tapi lafaznya dari Rasulullah. Jadi hadits qudsi itu merupakan firman Allah, tapi masuk dalam himpunan kitab hadits, bukan al-Qur’an. Para ulama mendefinisikan hadits qudsi sebagai berikut الحديث القدسيّ هو ما رواه النبي عليه الصلاة والسلام عن الله عزّ وجل “Hadits Qudsi yaitu semua informasi yang disampaikan oleh Rasulullah Saw. dari Allah Azza wa Jalla.” *** B. Contoh Hadits Qudsi Berikut ini kami sampaikan beberapa contoh hadits qudsi 1. Contoh hadits qudsi yang shahih عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم إِنَّ اللَّهَ يَقُولُ أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِى بِى وَأَنَا مَعَهُ إِذَا دَعَانِى Dari Abu Hurairah, ia berkata Rasulullah Saw. bersabda Allah berfirman “Aku sesuai persangkaan hamba-Ku. Dan aku bersamanya, bila dia berdoa pada-Ku.” HR. Muslim * 2. Contoh hadits qudsi yang shahih عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رضى الله عنه عَنِ النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ قَالَ اللَّهُ أَعْدَدْتُ لِعِبَادِى الصَّالِحِينَ مَا لاَ عَيْنٌ رَأَتْ، وَلاَ أُذُنٌ سَمِعَتْ، وَلاَ خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَرٍ Dari Abu Hurairah ra. Dari Nabi Muhammad Saw. beliau bersabda Allah berfirman “Aku siapkan bagi hamba-hamba-Ku yang shaleh apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, yang tidak pernah didengar oleh telinga, dan tidak pernah terlintas dalam hati manusia.” HR. Bukhari. * 3. Contoh hadits qudsi yang shahih عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى يَقُولُ يَا ابْنَ آدَمَ تَفَرَّغْ لِعِبَادَتِى أَمْلأْ صَدْرَكَ غِنًى وَأَسُدَّ فَقْرَكَ وَإِلاَّ تَفْعَلْ مَلأْتُ يَدَيْكَ شُغْلاً وَلَمْ أَسُدَّ فَقْرَكَ Dari Abu Hurairah, Dari Nabi Muhammad Saw. beliau bersabda Allah Ta’ala berfirman “Wahai anak Adam, habiskanlah waktu dan tenagamu untuk beribadah pada-Ku. Niscaya aku penuhi dadamu dengan kecukupan dan aku penuhi seluruh kebutuhanmu. Bila tidak engkau lakukan, maka akan Aku penuhi dirimu dengan kesibukan, dan Aku tidak akan memenuhi kebutuhanmu.” HR. Tirmidzi * 4. Contoh hadits qudsi yang dha’if عَنْ أَبِي أُمَامَةَ رَضِيَ اللهُ تَعَالىَ عَنْهُ قَاْلَ اللَّهُ تَعَالَى أَحَبُّ مَا تَعَبَّدَنِي عَبْدِي إليَّ النُّصْحُ لِي Dari Abu Umamah radhiyallahu anhu, dia berkata Allah Ta’ala berfirman “Ibadah yang paling Aku cintai dari hamba-Ku adalah nasihat untuk-Ku.” HR. Ahmad *** C. Perbedaan Hadits Qudsi dan al-Qur’an Terdapat beberapa perbedaan antara hadits qudsi dan al-Qur’an. Yaitu 1. Al-Qur’an itu, makna dan redaksinya dari Allah. Hadits qudsi, maknanya dari Allah, redaksinya dari Rasulullah Saw. 2. Al-Qur’an merupakan mukjizat. Hadits qudsi bukan mukjizat. 3. Al-Qur’an diriwayatkan secara mutawatir. Hadits qudsi ada yang mutawatir dan ada yang ahad. 4. Membaca al-Qur’an merupakan ibadah mahdhah, sehingga disunnahkan untuk membacanya dalam keadaan punya wudhu. Membaca hadits qudsi bukan merupakan ibadah mahdhah, sehingga tidak ada ketentuan khusus untuk membacanya. Itulah beberapa perbedaan antara al-Qur’an dan hadits qudsi. *** D. Perbedaan Hadits Qudsi dan Hadits Nabawi Hadits qudsi merupakan bagian dari hadits. Bukan bagian dari al-Qur’an. Namanya saja hadits, tapi qudsi. Kata hadits dinisbahkan pada Nabi. Kata qudsi dinisbahkan pada Allah. Karena hadits, meskipun qudsi, maka ada yang shahih dan ada yang dha’if. Perbedaannya Hadits Qudsi merupakan firman Allah. Sedangkan Hadits Nabawi merupakan sabda Rasulullah Saw. *** E. Kedudukan Hadits Qudsi Berdasarkan penjelasan di atas, maka bisa dikatakan, bahwa hadits qudsi itu lebih mulia daripada hadits biasa hadits nabawi. Namun hadits qudsi kedudukannya berada di bawah ayat-ayat al-Qur’an. Karena al-Qur’an itu mukjizat, sementara hadits qudsi bukan mukjizat. Silakan baca pula Hadits Pengertian dan Beberapa Pertanyaan *** F. Status Hadits Qudsi Belum Tentu Shahih Karena dinisbahkan kepada Allah, banyak orang mengira bahwa hadits qudsi itu pasti shahih. Namun anggapan demikian adalah tidak benar. Tidak semua hadits qudsi itu shahih. Jadi ada hadits qudsi yang shahih dan ada hadits qudsi yang dha’if. Untuk menentukan apakah sebuah hadits itu shahih atau dha’if, kita harus kembali kepada pengertian hadits shahih, yaitu – Sanadnya bersambung. – Semua perawinya adil. – Semua perawinya dhabith. – Tidak mengandung syadz. – Tidak mengandung illah. *** G. Jumlah Hadits Qudsi Jumlah hadits qudsi itu tidak terlalu banyak. Hanya sekitar 200 hadits. Dibandingkan hadits nabawi, tentu sangat sedikit. Karena hadits nawabi ada sekitar satu juta. *** H. Kitab Hadits Qudsi Ada beberapa kitab yang secara khusus berisi hadits-hadits qudsi, di antaranya Ahadits Qudsiyah Arba’iniyah, disusun oleh Syeikh Ali bin Sulthan Muhammad Abu Hasan Nuruddin Mula Harawi Qari wafat tahun 1014 H. Ittihaf Sunniyah bi Ahadits Qudsiyah, disusun oleh Syeikh Zainuddin Muhammad bin Taj Arifin bin Ali Manawi Qahiri wafat tahun 1031 H. Shahih Musnad min Ahadits Qudsiyah, disusun oleh Syeikh Abu Abdillah Musthafa bin Adawi Syalbayah Misri. Semua kitab tersebut tersedia dalam software kitab Maktabah Syamilah. Ketiga kitab itu sangat bagus, dan sudah ditata sesuai temanya masing-masing. *** Penutup Dari penjelasan di atas, kita bisa mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut Hadits qudsi adalah firman Allah, namun tidak termasuk dalam himpunan ayat-ayat al-Qur’an. Karena maknanya dari Allah, lafaznya dari Rasulullah. Hadits qudsi itu ada yang mutawatir, ada yang shahih, dha’if, bahkan palsu. Sama dengan hadits pada umumnya yang juga demikian. Meskipun firman Allah, hadits qudsi bukan mukjizat. Karena dia hadits, bukan al-Qur’an. Hadits qudsi tidak boleh digunakan sebagai pengganti ayat-ayat al-Qur’an dalam shalat. Hadits qudsi bisa kita peroleh dalam kitab-kitab hadits. Demikian penjelasan ini kami sampaikan, semoga ada manfaatnya bagi kita semua. _______________________________ Sumber bacaan Kitab Mabahits fi Ulumil Hadits, Syeikh Manna’ al-Qatthan, rahimahullah. Kitab Taisir Musthalah al-Hadits, Syeikh Mahmud ath-Thahhan, rahimahullah. Artikel Ta’rif al-Hadits al-Qudsi,
Dalamhadis qudsi Allah Ta'ala berfirman, للصائم فرحتان، فرحة عند فطره، وفرحة عند لقاء ربه "Bagi orang yang melaksanakan puasa ada dua kebahagiaan; kebahagiaan ketika berbuka, dan kebahagiaan ketika bertemu dengan Rabbnya." (muttafaq 'alaihi) Hadits ini adalah satu dari sekian banyak hadis yang menerangkan tentang keutamaan ibadah puasa.
HADIST 74 MENDEKATKAN DIRI KEPADA ALLAH TA’ALA DENGAN KEIMANAN DAN KETAATAN Para pembaca yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan serial fawaid hadist, Fawaid Hadist 74 Mendekatkan Diri Kepada Allah Ta’ala Dengan Keimanan dan Ketaatan. Selamat membaca. عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيْمَا يَرْوِيْهِ عَنْ رَبِّهِ عَزَّ وَجَلَّ قَالَ إِذَا تَقَرَّبَ الْعَبْدُ إِلَيَّ شِبْرًا تَقرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَّاعًا، وإِذَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ مِنْهُ بَاعًا، وَإِذَا أَتَانِي يَمْشِي أَتيْتُهُ هَرْوَلَةً » Dari Anas radhiyallahu anhu dari Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, Rasulullah menceritakan yang difirmankan oleh Tuhannya Azza wa Jalla, Dia berfirman “Jika seorang hamba mendekatkan diri kepada-Ku satu jengkal, maka Aku mendekat padanya satu hasta dan apabila ia mendekat kepada-Ku satu hasta, maka Aku mendekat padanya satu depa dan jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan, maka Aku datang kepadanya dengan berjalan cepat.” HR. Al-Bukhari, no. 7536 dan Muslim, no. 2675. Faedah Hadist Hadist ini memberikan faedah-faedah berharga, di antaranya; 1. Hadis ini dikenal dengan hadits qudsi, yaitu hadis yang diriwayatkan dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam dari Allah Ta’ala lafazh dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam, maknanya dari Allah Ta’ala. Hadis ini adalah hadis yang amat mulia di mana berisi perkara mulia yang berkenaan dengan Allah subhanahu wa ta’ala, yaitu berisi pembicaraan sifat-sifat Allah. 2. Penjelasan berharga tentang kedekatan Allah Azza wa Jalla dengan para hamba-Nya, dan sifat kedekatan yang disebutkan dalam hadits ini adalah sifat kedekatan yang khusus, yang bermakna perlindungan, pertolongan, pembelaan dan pemberian karunia Allah Ta’ala kepada para wali-wali-Nya di dunia sebagaimana penjelasan hadis wali yang telah lalu. 3. Balasan sesuai dengan amalan yang dilakukan al jaza’ min jinsil amal. Sebagaimana pada ayat Al Qur’an, فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat pula kepadamu” QS. Al Baqarah 152. Dalam kandungan pembahasan hadis ini, semua amalan hamba mendapatkan balasan dari Allah Ta’ala; “Jika ia mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku mendekat kepadanya sehasta. Jika ia mendekat kepada-Ku sehasta, Aku mendekat kepadanya sedepa. Jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan biasa, maka Aku mendatanginya dengan berjalan cepat.” 4. Isyarat bahwa semakin dekat hubungan seorang hamba dengan Rabb-nya berupa keimanan dan ketaatan, maka semakin besar pula pahala dan karunia dari Allah Ta’ala, sekaligus hal ini menunjukkan kebesaran, kemuliaan dan Mahabaik-Nya Allah Yang Mahapemurah. 5. Kedekatan Allah Ta’ala pada hamba itu bertingkat-tingkat. Ada hamba yang Allah lebih dekat padanya lebih dari yang lain, juga ada hamba yang begitu dekat pada Allah Ta’ala lebih daripada lainnya. 6. Beriman dengan sifat datangnya Allah Ta’ala sesuai dengan keagungan dan kemuliaan-Nya. Wallahu Ta’ala A’lam. Referensi Syarah Riyadhus Shalihin karya Syaikh Shalih al Utsaimin, Kitab Bahjatun Naazhiriin Syarh Riyaadhish Shaalihiin karya Syaikh Salim bin Ied Al Hilaliy, dan Penjelasan Syaikh Syaikh Abdurrahman bin Nashir Al Barrok terhadap hadis ini. Yuk dukung operasional & pengembangan dakwah Bimbingan Islam, bagikan juga faedah hadist ini kepada kerabat dan teman-teman. “Demi Allah, jika Allah memberi hidayah kepada satu orang dengan sebab perantara dirimu, hal itu lebih baik bagimu daripada unta-unta merah.” HR. Bukhari dan Muslim. *unta merah adalah harta yang paling istimewa di kalangan orang Arab kala itu di masa Nabi ﷺ. Beliau adalah Alumni S1 STDI Imam Syafi’I Jember Ilmu Hadits 2012 – 2016 Bidang khusus Keilmuan yang pernah diikuti beliau adalah Takhosus Ilmi di PP Al-Furqon Gresik Jawa Timur Beliau juga pernah mengikuti Pengabdian santri selama satu tahun di kantor utama ICBB Yogyakarta sebagai guru praktek tingkat SMP & SMA Selain itu beliau juga aktif dalam Kegiatan Dakwah & Sosial Dakwah masyarakat kajian kitab, Kajian tematik offline & Khotib Jum’at Read Next 2 weeks ago Fawaid Hadist 167 Ciri – Ciri Kemunafikan Amal 3 weeks ago Fawaid Hadist 166 Ancaman Bagi Yang Perkataannya Menyelisihi Perbuatannya 3 weeks ago Fawaid Hadist 165 Tidak Mencegah Kemungkaran Sebab Datangnya Azab 3 weeks ago Fawaid Hadist 164 Jihad Yang Utama 3 weeks ago Fawaid Hadist 163 Bahaya Meninggalkan Amar Ma’ruf Nahi Munkar 4 weeks ago Fawaid Hadist 162 Mewaspadai Kezaliman Dalam Kepemimpinan Dan Kebijakan 4 weeks ago Fawaid Hadist 161 Mengubah Kemungkaran Dengan Ketegasan 4 weeks ago Fawaid Hadist 160 Beradab Tatkala Di Jalanan Dan Fasilitas Umum May 11, 2023 Fawaid Hadist 159 Bahaya Bila Kemaksiatan Merajalela May 10, 2023 Fawaid Hadist 158 Membenci & Adab Mengingkari Kemungkaran Pemimpin
Hadisqudsi yang menyatakan antara lain bahwa, "Puasa untuk-Ku, dan Aku yang memberinya ganjaran" dipersamakan oleh banyak ulama dengan firman-Nya dalam surat Az-Zumar (39): 10. Salah satu penggalan khutbah Rasulullah menyambut Ramadhan yang menggetarkan itu adalah, "Wahai ummatku, akan datang kepadamu bulan yang mulia, bulan penuh berkah